Mengenal Mario Teguh [end]
Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan kesuksesan-kesukses an yang pernah diraihnya.
Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.
Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, “Biarlah kita sekarang susah, asal nanti kita sukses”. Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang mengatakan, “Sukses akan melahirkan sukses yang lain.” Nah dari pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.
Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu ‘Atha’illah, yang mengatakan, “Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya.” Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya katakan pada diri sendiri, “Aku masih ingin belajar”, “Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku” , “Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik”.
“Aku masih ingin belajar”, “Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku” , “Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik”. Jika ditilik dari kehidupan kita, umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, “Orang itu madzhabnya apa ?.” Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara “orang luar”), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.
Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya.
Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, “Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?” Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.
Mengenal Mario Teguh [part 1]
Petikan Wawancara Mario Teguh dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa sebetulnya beliau.
Pak Mario , Saat memberikan terapi atau memotivasi, di antara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya di atas, sebenarnya “peta” yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!
Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha…ha…ha…terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam secara formal atau verbal.
Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan “ya !” terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu mengunggul-unggulka n agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.
Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha…ha…ha…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!? Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.
Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ?
“Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri. Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam cermin,” begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.
Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa disana ?
Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam menjalankan sebuah amanah. Apalagi jika kita bicara tentang “cermin”, akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, “Semoga kalian sukses!”. Kalimat “Semoga” disitu menyimpan harapan campur tangan kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang tersembunyi di kedalaman relung hati kita yang paling dalam.
Krisis, Majalah Playboy Terancam Tutup
Majalah porno internasional, Playboy dilaporkan terancam tutup setelah diterpa krisis keuangan.
“Kita menutup kantor di New York agar bisa membiayai online dan penerbitan cetak,” ujar juru bicara Majalah Playboy, Martha Lindeman
Lindeman berujar, kurang lebih 100 pekerjaan hilang akibat penutupan kantor ini meskipun beberapa di antara mereka ditawari untuk dipindahkan ke kantor Playboy di Chicago.
“Tapi rata-rata mereka memilih tidak menerima tawaran itu alias resign,” kata dia. Hanya sejumlah kecil para editor dan bagian pemasaran yang akan masih bertahan.
Akhir-akhir ini, Playboy memang lagi gencar-gencarnya melakukan perampingan biaya produksi, di antaranya dengan cara mengurangi penambahan karyawan dan mengurangi berbagai biaya lain.
New York bukan hanya tempat di mana Playboy, yang didirikan oleh Hugh Hefner ini ‘merana’. Hefner juga menjual rumah keluarga mereka di California seharga US$ 28 juta dolar.
Untungnya, rumah mewah Hefner yang saat ini telah berusia 83 tahun belum dijual dan masih dia tempati bersama 3 model majalah dewasa ini
PBB Sebut Israel Penjahat Perang
EW YORK, kompas..com — Dua laporan menuduh Israel melanggar hak asasi manusia dalam serangan militernya baru-baru ini di Gaza. Termasuk sebuah laporan PBB yang menyatakan pelanggaran itu sama dengan kejahatan perang.
Penyelidik PBB bidang hak asasi manusia, Richard Falk, mengatakan, berdasarkan hukum internasional seluruh serangan Israel mungkin bertentangan dengan hukum jika tidak mungkin bagi pasukan Israel membedakan antara sasaran sipil dan sasaran militer di wilayah pinggir laut yang berpenduduk padat itu.
Falk, Senin (23/3), menyerahkan laporan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Geneva, meminta dilakukan penyelidikan independen atas kemungkinan telah terjadi kejahatan perang oleh pasukan Israel maupun militan Hamas yang menguasai Gaza. Israel telah menolak laporan itu sebagai bias dan penuh kesalahan.
Sebelumnya, Senin, sebuah organisasi hak asasi manusia Israel mengatakan, militer Israel melanggar hukum internasional soal keselamatan tim medis dan korban yang luka-luka selama tiga pekan ofensif di Gaza.
Sementara itu, calon perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sedang berusaha menarik Partai Buruh yang moderat ikut dalam pemerintah koalisi, tetapi banyak anggota parlemen dari fraksi Demokrat menolak. Partai Netanyahu, Likud, Senin, berembuk dengan Partai Buruh yang terpecah. Analis mengatakan, pemerintah koalisi yang dicanangkan kelihatan akan lebih luas dan moderat jika Partai Buruh ikut di dalamnya.
Sebelumnya partai ultraortodoks, SHAS, setuju ikut dalam koalisi pimpinan Netanyahu yang akan didominasi partai-partai kanan yang menentang pemberian konsesi lebih jauh kepada Palestina. SHAS bersama Partai Yisrael Beiteinu yang ultranasionalis dan Partai Likud yang berhaluan kanan akan menduduki 53 dari 120 kursi di Parlemen. Sebagai bagian dari kesepakatan, Partai SHAS akan menduduki empat jabatan kabinet.
AS vs Japan
Tokyo, – Ketika bos-bos di perusahaan Amerika Serikat (AS) diguyur dengan bonus yang melimpah, sejumlah pejabat di Jepang justru mengurangi fasilitas-fasilitas yang biasa digunakannya.
Salah satu contohnya adalah pejabat maskapai terbesar di Asia, yaitu Japan Airlines (JAL). Ketika petinggi perusahaan otomotif di AS masih berseliweran dengan pesawat jet pribadi, pejabat JAL rela naik bus umum untuk berangkat kerja bersama-sama dengan komuter lainnya.
Begitu juga Presiden Grup Elpida Memory, perusahaan pembuat chip komputer Jepang, Yukio Sakamoto yang secara sukarela bekerja tanpa digaji selama dua bulan. Ia melakukannya pada tahun lalu demi mempertahankan kinerja keuangan perusahaan yang terus memburuk.
Tak hanya itu, sebuah survei yang digelar surat kabar ekonomi Nikkei, pimpinan lebih dari 200 perusahaan publik di Jepang memotong gaji mereka sendiri sejak April tahun lalu.
Perusahaan-perusahaan Jepang memang diketahui sudah hidup ‘prihatin’ bahkan sebelum resesi ekonomi dimulai.
“Kompensasi untuk CEO-CEO di Jepang jauh lebih rendah ketimbang CEO di AS,” kata pengamat Hideaki Miyajima seperti dikutip AFP, Minggu (22/3/2009).
Alasan utama mengapa bos-bos di Jepang bisa hidup lebih prihatin adalah karena tipikal bos Jepang yang lebih seperti ‘perwakilan pekerja’. Mereka juga punya jiwa kepemilikan yang besar terhadap perusahaan karena biasanya masuk ke perusahaan sejak lulus kuliah dan setelah melewati kompetisi yang ketat.